Mencari Ilmu dan Berbagi Kelebihan Kekurangan Gadget

Sabtu, 31 Agustus 2013

Tips Masalah pada Speaker Aktif

Dibawah ini adalah beberapa tips tentang speaker aktif:

• Jika Speaker mengeluarkan suara dengung. Input/suara dari vcd/dvd tidak masuk ke salon. Kerusakan macam ini disebabkan karena power-amplifiernya terbakar. Penyebab terbakarnya mesin tersebut kemungkinan karena pemakain yang over/berlebih. Sehingga transistor menjadi terlalu panas. Atau bisa juga karena ada kabel output yang mengalami hubungan pendek.


• Speaker mati sebelah.

Masalah ini bisa terjadi antara lain karena:

- Power mati sebelah. Untuk yang bermesin stereo. Perbaikannya adalah melakukan reparasi pada bagian power amplifiernya.
- Speaker mati.
Perbaikannya adalah melakukan penggantian loudspeaker.

• Saat saklar power dihidupkan aliran listrik rumah mati.
Penyebab dari masalah ini adalah trafo catu daya mengalami korsleting, mungkin karena terbakar. Perbaikan hanya bisa dilakukan dengan mengganti trafo catu daya-nya.

• Ada suara kemresek ketika potensio-potensio pengatur volume, bass dan treable diputar. Pada kasus ini sebaiknya potensio diganti, atau dibersihkan.

• Kemasukan hewan (biasanya tikus). Asal belum terkena cairan dari binatang tsb, besar harapan untuk bisa diperbaiki. Tapi jika sudah terkena cairan pada pcbnya, rasanya sulit untuk diperbaiki. Jalan satu-satunya adalah mengganti mesin/powernya.

sumber:
polytron.
Share:

Jumat, 30 Agustus 2013

Kelebihan ASUS Zenbook U38N Zenbook Pertama dengan AMD Trinity

Dimensi yang tipis serta bobotnya yang ringan membuat ASUS Zenbook cocok untuk Anda yang memiliki mobilitas tinggi.

Kelebihan:
- Menyediakan backlight pada keyboard
- Memiliki layar 13,3 inci touch screen dengan resolusi Full HD
- Seluruh bodi dilapisi dengan bahan alumunium


spesifikasi:
Sistem operasi : Windows 8
Layar : 13,3 inci, 1920 x 1080
Prosesor : AMD Trinity A8-4555M 1,6 GHz
Chipset : AMD A70M Chipset
Memori : 4 GB DDR3
GPU : AMD Radeon HD 7600G
HDD : 500 GB
Wireless LAN : Broadcom 802.11n
Optical drive : N/A
Webcam : HD 720p Webcam
Interface : USB 3.0 x 3, Combo Audio-in/Audio-out x 1, HDMI, Mini VGA Port x 1, Card Reader
Bobot : 1,6 kg
Special feature : Backlight Keyboard, ASUS SonicMaster, ASUS Instant On.

Harga: Rp 9.299.000,-

sumber:
chip.
Share:

Rabu, 28 Agustus 2013

Kasus Prahara Keraton Surakarta

Keraton Surakarta Hadiningrat kembali dirundung prahara. Senin malam, gerbang Istana di Solo itu didobrak sejumlah orang. Tak tanggung-tanggung, sebuah Hardtop Land Cruiser ditabrakkan ke pintu gerbang Sasono Putro.

Tumbang dan pecahlah pintu gerbang itu. Warga merangsek masuk ke Istana itu. Mereka mengaku ingin mengetahui kondisi keluarga Sinuhun Pakubuwono XIII Hangabehi, raja Keraton Kasunanan Surakarta yang mereka agungkan.

Tindakan anarkis itu dipicu pelantikan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung Tedjowulan sebagai Maha Menteri oleh Sinuhun Pakubuwono XIII Hangabehi di Sasono Narendro.

Pada siang sebelum kericuhan itu, Lembaga Dewan Adat yang dipimpin keturunan keraton Gusti Raden Ayu Koes Murtiyah membubarkan pelantikan tersebut. Dewan Adat tak rela jabatan itu diisi Tedjowulan.

Polres Kota Surakarta menyatakan saat ini kondisi di Keraton Surakarta telah kondusif. Polisi tengah menyelidiki kericuhan ini. Polisi menyatakan akan menindak unsur pidana kasus ini. Namun untuk masalah sengketa, polisi menyerahkan kisruh ini ke internal Keraton.

"Mereka dinilai melanggar adat, kita kembalikan internal keraton untuk diselesaikan secara kekeluargaan," kata Kapolresta Surakarta Kombes Polisi Asdjima'in di Solo, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2013).


Awal Mula Perpecahan


Prahara ini terjadi sejak 9 tahun lalu. Sejak Pakubuwono XII mangkat pada 11 Juni 2004. Sejak itu, muncullah dua raja. Kubu pertama di bawah Pakubuwono XIII Hangabehi yang berkedudukan di Keraton Kasunanan Surakarta. Sedangkan kubu ke dua dipimpin Pakubuwono XIII Tedjowulan dengan basis di Kota Barat, Solo.

Kedua kubu yang sama-sama keturunan Pakubuwono XII itu saling mengklaim sebagai pewaris Keraton yang sah. Data dari berbagai sumber menyebut Pakubuwono XII memiliki 6 selir. Semua selir itu tidak ada yang dipilih sebagai permaisuri, sehingga kedudukannya setara satu dengan yang lainnya.

Dari 6 selir itu, Pakubuwono XII dikaruniai 35 anak yang terdiri dari 15 putra dan 20 putri. Biasanya, pengganti raja adalah putra tertua dari permaisuri. Namun, sampai Pakubuwono XII wafat, tidak satu pun dari 6 selir itu yang ditunjuk sebagai permaisuri. Inilah mula prahara itu. Tak jelas siapa yang berhak duduk di singgasana Keraton Surakarta Hadiningrat.

Sejak 2004 itu, Pakubuwono XIII Hangabehi dan Pakubuwono XIII Tedjowulan saling klaim. Namun, perseteruan itu mulai reda sejak 2012. Pada 16 Mei 2012 silam, kedua raja yang sama-sama bergelar Pakubuwono XIII itu menggelar pertemuan empat mata di sebuah ruang khusus di lantai 2 Hotel Grand Mahakam, Jakarta.

Setelah pertemuan itu, keduanya sepakat mengeluarkan Maklumat Bersama untuk mengakhiri konflik. Tedjowulan yang memang lebih muda mengalah dari Hangabehi dengan melepas gelar Hamengkubuwono XIII yang disandangnya.

Namun, upaya itu tak membuat perseteruan di Keraton Surakarta Hadiningrat usai. Kesepakatan damai itu malah membuat Hangabehi dan Tedjowulan tak bisa masuk Keraton. Ironis memang, seorang raja tak bisa masuk ke Istana. Pada 24 Mei 2012, setelah perdamaian itu, keduanya ini dilarang masuk. Dewan Adat tidak menerima rekonsiliasi. Mereka tak mengakui dwi-tunggal ini dengan alasan Tedjowulan punya kesalahan besar.

Pada 15 Juni 2012, Tedjowulan akhirnya bisa masuk ke Keraton, menghadiri prosesi Tinggalan Jumenengan Dalem atau peringatan naik tahta Pakubuwono XIII Hangabehi. Namun, pada 4 Juni 2013 yang lalu, saat akan digelar acara yang sama, kembali terjadi ketegangan di Keraton Surakarta. Buntutnya, prosesi Jumenengan Dalem tidak dihadiri oleh Pakubuwono XIII Hangabehi maupun Tedjowulan.

sumber:
http://news.liputan6.com/read/676486/prahara-keraton-surakarta
Share:

Selasa, 27 Agustus 2013

Progeria, Sebuah Penyakit Karena Hubungan Sedarah

Ali Hussain baru berusia 14 tahun. Namun, tubuhnya amat lemah dan rentan, mirip kakek-kakek sepuh berusia 110 tahun. Sebuah penyakit unik dan langka membuat usia fisiknya menua 8 kali lebih cepat dari yang normal.


Dan malangnya ia tak sendiri, lima saudaranya -- 2 saudara lelaki dan 3 saudara perempuan telah meninggal dunia akibat penyakit yang sama.

Progeria, nama penyakit itu, disebabkan kesalahan kode genetik (terjadi mutasi), tepatnya kelainan protein (Lamin A) di sekitar inti sel.

Progeria menyebabkan penuaan dini secara cepat. Penderitanya rentan mengalami radang sendi, masalah mata, penyakit jantung, dan kebotakan.

Pasien progeria diprediksi tak akan hidup lebih dari usia 14 tahun. Meski risikonya mengerikan, Ali menolak untuk menyerah. Ia terus berharap.

"Aku benar-benar ingin hidup. Aku berharap ada obat di luar sana untuk kondisiku ini. Bukan kematian yang aku takutkan, tapi tak tega melihat orangtuaku, mereka sudah banyak menderita," kata bocah tabah itu seperti dimuat Daily Mail, 26 Agustus 2013.

"Aku ingin hidup lebih lama untuk mereka. Tak ingin menambah beban dan penderitaan mereka."

Ali dan keluarganya tinggal di Bihar, negara bagian paling miskin di India.

Karena Hubungan Sedarah

`

Orangtua Ali, Nabi Hussain Khan (50) dan Razia (46) adalah sepupu dekat. Keduanya adalah produk perjodohan 32 tahun lalu.

Empat anak mereka -- Rehana, Iqramul, Gudiya, dan Rubina meninggal akibat progeria antara usia 12-24 tahun. Anak kelima, seorang bayi yang meninggal kurang dari 24 jam setelah dilahirkan juga diyakini memiliki kelainan yang sama.

Nabi Hussain dan Razia dikaruniai 8 anak, hanya dua putri mereka yang sehat walafiat. Pertama, Sanjeeda (20) yang menikah dan punya 2 anak. Yang kedua adalah Chanda (10), tak ada tanda-tanda progeria dalam dirinya.

Saat putri pertama mereka Rehana lahir 1983 lalu, Nabia dan Razia sama sekali tak menemui keanehan. Hingga saat putri kecil mereka berusia 2 tahun, bocah kecil itu tak bisa berjalan dengan baik, juga tak bisa makan. Mereka pun membawanya ke dokter.

Namun, dokter yang mereka temui malah kebingungan, ia hanya memberi sejumlah obat dan membolehkan mereka pulang. Maklum, pregoria amat langka dan sangat sedikit didokumentasikan. Bahkan ada banyak dokter yang belum pernah mendengarnya.

Dua tahun kemudian, putra kedua mereka, Iqramul lahir. Ia menunjukkan tanda-tanda yang sama dengan kakaknya. Keluarga itu pun kembali ke dokter, tetap tak memiliki jawaban.

Nabi yang hanya bekerja sebagai penjaga gerbang pabrik dengan pendapatan sekitar Rp 300 ribu per bulan awalnya mengaku bingung. "Kami sama sekali tak pernah mendengar soal progeria, dokter tak pernah menyebutnya," kata dia.

Dia mengatakan, jika saja dokter memberitahukan bahwa anak-anaknya menderita masalah genetik dan bahwa kedekatan hubungan mereka ikut jadi faktor penyebab, "Kami pasti berhenti memiliki anak."

Dan meski belakangan mereka mengetahui diagnosisnya, tak ada yang bisa dilakukan. Progeria belum ada obatnya.

sumber:
liputan6.com
dailymail.co.uk
Share:

Sabtu, 24 Agustus 2013

Pengakuan Ortu tentang Sekolah di Jepang

Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.


Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.

Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.

Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.

Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.

Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.

Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.

Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.

Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.

Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.

Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.

Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.

Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.

Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.

Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.

Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.

Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.

Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.

Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.

Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.

sumber:
facebook
Share:

Jumat, 23 Agustus 2013

Kelebihan ASUS G46VW Laptop Khusus Gaming

Sebagai notebook gaming, ASUS G46VW hanya menggunakan layar sebesar 14 inci saja. Dengan layar sebesar ini, Anda hanya dapat menikmati maksimal resolusi 1366 x 768. Namun hal itu bukanlah tanpa alasan. Dengan ukuran layar LCD yang kecil, notebook gaming ini tidak banyak memakan tempat ketika sering bepergian.


Sebagai salah satu varian dari notebook ASUS ROG, ASUS G46VW dibumbui dengan logo ROG pada desain bodinya. Pada saat notebook menyala, logo tersebut pun ikut menyala. Di tengah-tengah desain warna hitam polos, logo ROG tersebut justru memancarkan cahaya berwarna putih terang. Tidak hanya logo ROG saja, pada saat Anda ingin memainkan game di malam hari, Anda juga dapat mengatur intensitas cahaya LED dari keyboard melalui tombol Fn.

Spesifikasi:
Sistem operasi: Windows 8
Layar : 14 inci (1366 x 768)
Prosesor : Intel Core i7-3630QM 2,4 GHz
Chipset: Intel HM77 Express Chipset
Memori : 12 GB DDR3
GPU: Intel HD Graphics 4000 / NVIDIA GeForce GTX 660M 2 GB
SSD/HDD: 256 GB / 750 GB
Wireless LAN: Qualcomm Atheros AR9485WB-EG
Webcam: HD Webcam
Interface: USB 3.0 x 2, USB 2.0/eSATA x 1, RJ 45 x 1, Audio-in x 1, Audio-out x 1, HDMI, D-Sub, Card Reader
Bobot ; 2,6 kg

Harga jual: Rp14.850.000

Kelebihan:
- Menyertakan satu buah port Thunderbolt
- Keyboard dan mousepad yang sangat nyaman digunakan
- Memiliki kapasitas RAM yang besar (12 GB)..

sumber:
chip.
Share:
Scroll To Top