Mencari Ilmu dan Berbagi Kelebihan Kekurangan Gadget

Sabtu, 24 Agustus 2013

Pengakuan Ortu tentang Sekolah di Jepang

Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.


Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.

Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.

Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.

Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.

Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.

Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.

Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.

Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.

Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.

Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.

Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.

Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.

Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.

Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.

Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.

Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.

Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.

Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.

Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.

sumber:
facebook
Share:

Jumat, 23 Agustus 2013

Kelebihan ASUS G46VW Laptop Khusus Gaming

Sebagai notebook gaming, ASUS G46VW hanya menggunakan layar sebesar 14 inci saja. Dengan layar sebesar ini, Anda hanya dapat menikmati maksimal resolusi 1366 x 768. Namun hal itu bukanlah tanpa alasan. Dengan ukuran layar LCD yang kecil, notebook gaming ini tidak banyak memakan tempat ketika sering bepergian.


Sebagai salah satu varian dari notebook ASUS ROG, ASUS G46VW dibumbui dengan logo ROG pada desain bodinya. Pada saat notebook menyala, logo tersebut pun ikut menyala. Di tengah-tengah desain warna hitam polos, logo ROG tersebut justru memancarkan cahaya berwarna putih terang. Tidak hanya logo ROG saja, pada saat Anda ingin memainkan game di malam hari, Anda juga dapat mengatur intensitas cahaya LED dari keyboard melalui tombol Fn.

Spesifikasi:
Sistem operasi: Windows 8
Layar : 14 inci (1366 x 768)
Prosesor : Intel Core i7-3630QM 2,4 GHz
Chipset: Intel HM77 Express Chipset
Memori : 12 GB DDR3
GPU: Intel HD Graphics 4000 / NVIDIA GeForce GTX 660M 2 GB
SSD/HDD: 256 GB / 750 GB
Wireless LAN: Qualcomm Atheros AR9485WB-EG
Webcam: HD Webcam
Interface: USB 3.0 x 2, USB 2.0/eSATA x 1, RJ 45 x 1, Audio-in x 1, Audio-out x 1, HDMI, D-Sub, Card Reader
Bobot ; 2,6 kg

Harga jual: Rp14.850.000

Kelebihan:
- Menyertakan satu buah port Thunderbolt
- Keyboard dan mousepad yang sangat nyaman digunakan
- Memiliki kapasitas RAM yang besar (12 GB)..

sumber:
chip.
Share:

Kamis, 22 Agustus 2013

7 Penyebab TV Rusak paling sering

Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan kerusakan TV, di antaranya adalah sebagai berikut:


1. Kita punya kebiasaan meletakkan barang elektronik lainnya di dekat pesawat televisi yang sedang menyala. Barang elektronik seperti ponsel, dll... bisa mempengaruhi pesawat televisi karena imbas dari radiasi dari ponsel ketika ponsel tersebut sedang aktif dan menerima panggilan atau pesan pendek.

2. Seringkali menyalakan pesawat televisi selama 24 jam non stop secara berturut-turut. Saran: Pesawat televisi itu menggunakan perangkat elektronik, biar bagaimana pun juga elektronik juga bisa mengalami penurunan kemampuannya.

3. Terkadang pesawat televisi yang tiba-tiba “hang” suka kita pukul supaya kembali lagi normal. Ini merupakan tindakan yang salah, karena pukulan tangan Anda pada pesawat televisi akan mempengaruhi komponen yang ada di dalamnya.

4. Terlalu sering menonton film atau DVD dengan DVD player yang tersambung dengan pesawat televisi juga bisa mengakibatkan kerusakan TV. Terutama jika menonton film menggunakan DVD player dalam waktu yang dekat. Jadi, jika menggunakan DVD player di rumah dan tersambung dengan pesawat televisi, sebaiknya jangan menggunakannya terlalu sering.

5. Pada saat hujan yang disertai dengan petir atau kilat yang menyebabkan petir, sebaiknya kita jangan menyalakan pesawat televisi. Terutama lagi jika menggunakan antena yang dipasang di luar rumah. Sambaran petir pada antena ketika pesawat televisi sedang menyala bisa berimbas pada pesawat televisi.

6. Jika bukan komponen dalam pesawat televisi yang mengalami kerusakan TV, bagian body pesawat televisi juga sering mengalami kerusakan. Misalnya, bagian tombol on, volume, channel. Jika kita tidak menggunakan remote control, kemungkinan tombol-tombol tersebut akan cepat rusak.

7. Hal penting lainnya terkait dengan kerusakan TV ini adalah memilih service pesawat televisi yang sudah terpercaya. Jangan sembarangan menggunakan jasa service pesawat televisi, sebaiknya gunakan jasa service pesawat televisi resmi yang bisa dipanggil, sehingga Anda juga bisa mengawasinya.

sumber:
polytron.
Share:

Rabu, 21 Agustus 2013

Sepenggal Kisah Pertemuan Jokowi dengan Preman Tanah Abang

Kalau sudah bicara preman, jujur didiku merinding sekali. Bukan apa tapi kebanyakam mereka itu tampil serba nekad, bolo dewe pun terkadang disasak. Bersumber dari kompas kisah ini.


JAKARTA, KOMPAS.com — Sudah menjadi rahasia umum Pasar Tanah Abang dikuasai preman. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pun memiliki kisah menggelitik terkait dengan hal tersebut.

Dalam acara halalbihalal bersama ratusan mahasiswa serta dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, di Kampus UIN, Selasa (20/8/2013), Jokowi mengaku diberi pesan oleh banyak pihak soal keberadaan preman di Pasar Tanah Abang.

"Pas saya mau menata, banyak yang wanti-wanti. Ada ini, ini, ini, ini. Wah, banyak sekali, batin saya. Dan, itu di-back up sama ini, ini, ini, ini. Saya hanya diam saja," ujar Jokowi.

Di tengah rencana awal penataan kawasan Pasar Tanah Abang, Jokowi belum diperbolehkan oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk blusukan ke kawasan perdagangan terbesar se-Asia Tenggara itu. Polisi mengantisipasi gangguan keamanan di daerah itu, yang sewaktu-waktu dapat menimpanya.

Jokowi menuturkan, rencananya mengunjungi Pasar Tanah Abang itu sempat ditunda atas alasan ketakutan akan gangguan keamanan itu.

"Saya bilang, 'Kalau begini terus, kapan saya ke sananya?' Akhirnya hari itu saya paksakan. Masuk ke dalam. Bismillah, enggak ada apa-apa, malah nyalamin. PKL nyalamin saya, preman nyalamin saya. Saya tahu preman karena tatonya," ujarnya sambil disambut tawa oleh peserta yang hadir.

Jokowi mengatakan, kunci dari penataan Pasar Tanah Abang adalah keterbukaan. Di satu sisi, Jokowi terbuka menampung aspirasi pedagang kaki lima dan tokoh masyarakat di sana agar penataan dapat berlangsung. Di sisi lainnya, proses penataan para PKL itu pun dilaksanakan secara terbuka.

"Semua tidak akan proteslah asalkan terbuka. Enggak ada (pedagang) yang protes sama saya, 'Kenapa saya dapat kios di pinggir?' Enggak masalah," ujarnya.

Saat ini proses relokasi PKL ke dalam Pasar Blok G Tanah Abang masih berlangsung. Sebanyak 601 pedagang sudah dipastikan mendapat kios di pasar itu. Sebagian di antaranya sudah mendapatkan nomor kios dalam pengundian yang dilakukan sejak Senin kemarin hingga Rabu (21/2013).

Saat ini masih ada 367 kios yang tersisa untuk menampung pedagang yang mendaftar pada gelombang kedua. Pendaftaran gelombang kedua ini sempat ditutup sementara hari ini karena peminatnya melebihi kuota kios.

sumber artikel dan foto:
kompas.
Share:
Scroll To Top